Halaman

Minggu, 16 November 2014

Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Pidato Pemimpin



Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Pidato Pemimpin
Pada analisis ini yang dianalisis adalah Pidato Bidik Misi yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak M.Nuh. Berikut analisisnya.
1.      Perubahan Fonem Vokal /a/ dilafalkan menjadi /o/
Bentuk Tidak Baku
Silaturohmi
Dalam KBBI tidak ditemukan kata silaturohmi, karena silaturohmi bukanlah bentuk baku bahasa Indonesia. Penggunaan kata yang bakunya adalah silaturahmi. Menurut Depdikbud (2005: 1065) silaturahmi adalah tali persahabatan (persaudaraan). Dalam hal ini terjadi perubahan fonem vokal /a/ dilafalkan menjadi /o/.
Bentuk Baku
Silaturahmi

2.      Penghilangan Fonem Vokal Rangkap menjadi Vokal Tunggal.

Bentuk Tidak Baku
Sampe

Dalam KBBI tidak ditemukan kata sampe karena kata sampe merupakan bentuk tidak baku. Kata sampe berasal dari kata sampai yang terjadi perubahan atau penyingkatan. Bentuk yang baku dalam bahasa Indonesia adalah sampai, menurut Depdikbud (2005: 990) sampai adalah sampai 1 /sam·pai / v 1 mencapai; datang; tiba: setelah berjuang melawan badai, akhimya perahu kami -- di pantai dng selamat; kami -- di Bandung malam hari; 2 berbatas: kedalaman sungai hanya -- lutut; 3 terlaksana (tt cita-cita, harapan, niat, dsb); tercapai: mudah-mudahan cita-citamu --; 4 cukup: gaji kami tidak -- untuk hidup satu bulan; dalam hal ini terjadi penghilangan fonem vokal rangkap menjadi vokal tunggal yaitu fonem /ai/ dilafalkan menjadi /e/.

Bentuk Baku
Sampai





3.      Perubahan Fonem Vokal Rangkap menjadi Tunggal
Bentuk Tidak Baku
Kalo
Kata kalo berasal dari kata kalau. Dalam situasi formal sebaiknya menggunakan kata kalau yang merupakan istilah baku dalam bahasa Indonesia. Menurut Depdikbud (2005 : 493) kalau kalau /ka·lau/ p 1 kata penghubung untuk menandai syarat: -- keluar, harus minta izin dulu; 2 seandainya: -- ia tidak mau membayar utangnya, apa yg akan kauperbuat; 3 bagi; adapun: -- saya, perkara itu mudah saja memecahkannya;-- sentana Mk sekiranya; seandainya: -- sentana kaya, aku akan membeli rumah itu. Dalam situasi yang lebih formal sebaiknya kata kalau lebih tepat digunakan.
Bentuk Baku
Kalau
4.      Penghilangan fonem vokal /e/
Bentuk Tidak Baku
Ntah
Kata ntah berasal dari kata entah. Dalam KBBI kata ntah tidak ditemukan artinya. Kata ntah merupakan penyingkatan dari kata dasar entah dengan menghilangkan fonem vokal/e/ pada awal kata. Jadi kata entah merupakan bentuk baku bahasa Indonesia. Menurut Depdikbud (2005: 303) entah /en·tah/ adv 1 kata untuk menyatakan atau menjawab bahwa tidak tahu: -- apa yg dibawa tadi, saya tidak melihatnya; 2 boleh jadi: -- datang -- tidak, boleh jadi datang, boleh jadi tidak; 3 baik ... maupun ...: -- mahal, -- murah, saya tidak peduli;
entah-berentah /en·tah-ber·en·tah/ a tidak diketahui atau tidak terkatakan dng tentu, hanya khayal belaka; anu: negeri ~.
Bentuk Baku
Entah


5.      Perubahan fonem konsonan
Bentuk Tidak Baku
Ijin
Dalam KBBI kata ijin tidak ditemukan. Ijin merupakan bentuk tidak baku dari kata dasar izin. Kata yang baku tepat digunakan adalah kata izin. Menurut Depdikbud (2005: 447)  izin adalah izin n pernyataan mengabulkan (tidak melarang dsb); per-setujuan membolehkan: ia telah mendapat -- untuk mendiri-kan perusahaan mebel; jadi penggunaan kata izin lebih tepat digunakan dalam situasi yang formal.
Bentuk Baku
Izin

6.      Penghilangan fonem vokal
Bentuk Tidak Baku
Karena
Kata karna berasal dari kata dasar karena. Pada karna telah terjadi penyingkatan kata dengan menghilangkan fonem /e/ pada bagian tengah kata sehingga menjadi kata karna. Menurut Depdikbud (2005: 508) karena karena /ka·re·na/ p 1 kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan: berani -- benar, takut -- salah; 2 disebabkan oleh; lantaran: dia sakit hati -- kamu; jadi penggunaan yang baku adalah kata karena bukan karna.
Bentuk Baku
Karena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar