ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGI PADA BUNGKUS MAKANAN
1. Perubahan
fonem vokal /u/ menjadi fonem vokal /o/
Lafal
Baku Lafal Tidak Baku
kerupuk keropok
Pada
gambar bungkus makanan di atas terdapat penulisan kata ‘keropok udang’. Dalam
KBBI kata ‘keropok’ berarti tidak ada isinya; kosong; berlubang-lubang
(berongga-rongga) karena lapuk dimakan rayap atau dimakan panas; lemah; lembek,
menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 556) . Seharusnya menggunakan
kata ‘kerupuk’ karena menurut pengertiannya ‘kerupuk’ adalah makanan yang
dibuat dari adonan tepung dicampur dengan lumatan udang atau ikan, setelah
dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat cetak dijemur agar mudah
digoreng, menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 558).
Penggunaan
kata ‘kerupuk’ lebih tepat daripada kata ‘keropok’ karena kata ‘kerupuk’ lebih
cocok untuk makanan garing seperti pada bungkus makanan di atas. Kata keropok
digunakan di Malaysia, kita tidak tahu pengertiannya lebih lanjut. Mungkin
mereka menggunakan kata ‘keropok’ dalam menyebut makanan yang renyah dan
garing. Dari analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan fonem vokal /u/ dilafalkan menjadi
/o/. Penggunaan kata yang lebih tepat adalah ‘kerupuk’ bukan ‘keropok’.
2.
Penambahan fonem vokal /a/
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
mi mie
sedap sedaap
instan instant
Pada
gambar di atas terdapat kata ‘mie’ dan ‘sedaap’ yang dapat dianalisis. Kata
‘mie’ merupakan pengaruh bahasa serapan yang apabila berakhiran fonem /e/ maka
akan dihilangkan. Sebaiknya menggunakan istilah bahasa Indonesia ‘mi’, karena
‘mi’ adalah bahan makanan dari tepung terigu, bentuknya seperti tali, biasanya
dimasak dengan cara digoreng atau direbus, diberi daging, udang, sayuran,
bumbu, dsb; menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 741).
Pada
kata ‘sedaap’ merupakan bentuk tidak baku yang terdapat fonem vokal rangkap /a/,
yang bentuk bakunya adalah kata ‘sedap’.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 1008) kata ‘sedap’ adalah enak
(nyaman, senang), harum, lezat; masakan yang dihidangkan. Jadi ‘sedap’ pada
bungkus makanan di atas berarti makanan yang harum, dan lezat. Kata ‘instant’
pada bungkus makanan di atas juga merupakan lafal tidak baku, karena ‘instant’
merupakan bahasa asing. Kata ‘instant’ dalam istilah bahasa Indonesia yaitu
‘instan’ tidak menggunakan fonem konsonan /t/ pada akhir kata. Kata ‘instan’ artinya
/in·stan/ a langsung (tanpa dimasak lama) dapat diminum atau
dimakan (tt mi, sup, kopi, susu bubuk): susu -- , susu yg begitu
dicampur dng gula dan air (panas atau hangat) langsung dapat diminum, menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 436).
Jadi
mi sedap instan merupakan makanan yang terbuat dari mi yang berbahan tepung
terigu, bentuknya seperti tali, yang direbus atau digoreng, dengan cara tanpa
dimasak lama, dan memiliki rasa yang lezat. Dari data di atas, terjadi
penambahan fonem vokal /a/ pada kata ‘sedaap’ dan kata ‘mie’ yang seharusnya
dalam bentuk baku bahasa Indonesia adalah ‘mi’ kemudian kata ‘instant’
seharusnya menjadi ‘instan’ tanpa fonem /t/ diakhir kata. Jadi penggunaan kata
yang benar seharusnya adalah ‘mi sedap instan’ bukan ‘mie sedaap instant’.
3.
Penghilangan fonem
vokal /e/
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
selai slai
Pada
gambar di atas kata ‘slai’ merupakan kata tidak baku. Seharusnya menggunakan
kata ‘selai’. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 1016) ‘selai’
adalah bubur dari buah-buahan yang dimasak dengan gula sampai kental (biasanya
dioleskan pada roti, kue, dsb); --nanas; --stoberi. Kata ‘slai’ tidak ditemukan
artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karena merupakan kata tidak baku. Jadi,
makanan pada bungkus di atas adalah biskuit yang dilapisi dengan selai buah
stroberi.
Jadi,
telah terjadi penghilangan fonem vokal /e/ pada kata ‘slai’ yang sebaiknya
menggunakan bentuk baku istilah bahasa Indonesia yaitu ‘selai’.
4. Perubahan
fonem /k/ dan /e/ yang dilafalkan menjadi /q/
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
ketela Qtela
Pada
gambar di atas terdapat kata ‘Qtela’ yang merupakan nama sebuah bungkus
makanan. Kata ‘Qtela’ mungkin merupakan merek dagang yang memiliki prinsip atas
pemberian nama pada produk makanan mereka untuk menambah nilai jual. Tetapi
kata ‘Qtela’ telah mengalami perubahan, karena yang bakunya adalah ‘ketela’.
Fonem konsonan /q/ pada kata ‘Qtela’ menggantikan fonem /k/ dan /e/ pada kata
‘ketela’. Kata ‘ketela’ menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 561)
adalah tumbuhan umbi yang tumbuh menjalar, umbinya dapat dimakan, daunnya untuk
sayur. Jadi, makanan itu terbuat dari
bahan makanan berupa umbi-umbian yang dijadikan keripik.
5. Penghilangan
fonem /h/ dan penghilangan fonem vokal rangkap /au/ dilafalkan menjadi /o/
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
hijau ijo
‘kacangijo’ terbentuk dari dua kata dasar
‘kacang’ dan ‘hijau’. /ka·cang / n
tanaman perdu yg ditanam di sawah atau di ladang, berbuah polong (macamnya
banyak sekali);bagai -- direbus satu, pb melonjak-lonjak kegirangan; --
lupa akan kulitnya, pb tidak tahu diri; lupa akan asalnya;-- anoa
kacang tanah yg polongnya mempunyai lukisan urat yg agak nyata, warna kulit
biji merah jambu, daging biji mengandung protein dan lemak, menurut Departemen
Pendidikan Nasional (2005 : 486). Sedangkan kata hijau adalah hi·jau
/ 1 n warna dasar yg serupa dengan
warna daun; 2 n gabungan warna biru dan kuning dalam spektrum; 3
a mengandung atau memperlihatkan warna yg serupa warna daun; menurut
Departemen Pendidikan nasional (2005 : 401). Berarti ‘kacang hijau’ adalah
kacang yang berwarna hijau.
Kata
‘ijo’ berasal dari penyingkatan kata ‘hijau’. Kata ‘hijau’ berarti warna dasar
yang serupa dengan warna daun, menurut Departemen Pendidikan nasional (2005 :
401). Jadi sebaiknya menggunakan kata yang baku yaitu ‘hijau’. Dalam bahasa
sehari-hari penggunaan kata ‘ijo’ lebih sering digunakan karena tidak terlalu
formal. Kata ‘ijo’ lebih umum digunakan mungkin juga karena pengaruh dari
bahasa daerah. Jadi intinya makanan di
atas mengandung bahan makanan yang terbuat dari ‘kacang hijau’.
Dalam
hal ini terjadi penghilangan fonem vokal rangkap menjadi vokal tunggal, dan
terjadi penghilangan fonem konsonan /h/. Pada kata ‘hijau’ fonem konsonan /h/
pada huruf pertama mengalami penghilangan, sedangkan pada fonem vokal rangkap /au/
pada huruf terakhir dilafalkan menjadi /o/ sehingga terbentuk kata tidak baku
yaitu ‘ijo’.
6. Penghilangan
fonem konsonan /h/ dan perubahan fonem vokal /a/
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
hangat anget
Kata ‘anget’
merupakan istilah yang tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kata ‘anget’
merupakan bahasa daerah yang juga sering digunakan dalam keseharian. Seharusnya
penggunaan kata yang tepat dalam istilah
bahasa Indonesia adalah kata ‘hangat’. Menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2005 : 386) hangat ialah agak panas: masakannya masih. Sedangkan kata ‘anget’
tidak memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata ‘anget’ pada
bungkus minuman diatas menjelaskan bahwa minuman tersebut dapat menghangatkan
tubuh jika meminumnya.
Dalam hal ini
terjadi penghilangan fonem konsonan /h/ pada awal kata ‘anget’ dan terjadi juga
perubahan fonem vokal /a/ menjadi /e/ pada kata ‘anget’ tersebut.
7.
Perubahan fonem
konsosnan /k/
Lafal Baku Lafal
Tidak Baku
colek colex
Kata ‘colex’
berasal dari kata ‘colek’ yang merupakan bentuk baku bahasa Indonesia. ‘colek’
menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005 : 218) adalah sentuhan dengan
ujung jari dsb; penggolong penyebutan sesuatu yang sedikit sekali ( sebanyak
yang diambil dengan ujung jari). Sedangkan kata ‘colex’ tidak ditemukan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebaiknya menggunakan bentuk istilah baku bahasa
Indonesia yaitu ‘colek’ bukan ‘colex’. Pada data di atas telah terjadi
perubahan fonem konsonan /k/ dilafalkan menjadi fonem /x/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar